Tuna Netra


.

TUNA NETRA
Pengertian tuna netra adalah individu yang indera penglihatannya ( kedua – duanya) tidak berfungsi sebagai salura penerimaan informasi dalam kegiatan sehari – hari seperti halnya orang awas. Anak – anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondidi berikut
1. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
4. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.


Faktor – faktor penyebab ketunanetraan antara lain
• Faktor internal yaitu erat kaitannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinan karena faktor gen (sifat pembawa keturunan ), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat dsb.
• Faktor eksternal yaitu faktor – fakto yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis ( tang ), terkena racun, virus trachoma, panas badab yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit.
Mengenali kelainan penglihatan
• Screening
Vision screning ( pemeriksaan ketajaman penglihatan ) pada umumnya menggunakan snellen chart (kartu snellen ). Kartu ini dirancang untuk mengukur jarak, ketajaman pusat penglihatan. Kartu ini tidak bisa mengukur penglihatan dekat ( near vision ) atau penglihatan sebagian ( peripheral vision ).
• Pemeriksaan Alat Penglihatan
Untuk melengkapi pengujian ketajaman penglihatan yang lebih jauh, seorang ophtamologist – dokter yang mempunyai keahlian dalam bidang dianogsis dan pengobatan gangguan mata – dapat melakukan pemeriksaan secara langsung pada susunan dan fungsi mata.
Kebutuhan Pendidikan bagi siswa berkelainan pendidikan
• Bacaan dan tulisan braille ( braille reading and writing )
Huruf braille adalah suatu sistem yang menggunakan kode berupa titik – titik yang ditonjolkan untuk menunjukkan huruf, angka, dan simbol – simbol lainnya. Sistem ini berdasarkan pada susunan enam titik ( six – dot cell ) dengan dua titik horizontal dan tiga titik vertikal.
• Keyboarding
Kemampuan menggunakan keyboard standar merupakan suatu cara agar penyandang tuna netra dapat berkomunikasi dalam bentuk tulisan dengan orang lain. Ini daoat menjadi faktor penting bagi kemampuan siswa agar dapat mengikuti pendidikan di dalam kelas dengan guru dan siswa yang dapat melihat.
• Alat bantu menghitung ( calculation aids )
Di dalam pelajaran matematika, sempoa telah menjadi sesuatu alat bantu yang penting bagi orang – orang tuna netra. Dengan memainkan biji sempoa, penghitungan matematika dasar dapat dilakukan dan hasilnya terdapat dalam bentuk taktil, yang dapt diraba dengan jari tangan. Kini yang lebih umum digunakan adalah kalkulator elektronik kecil yang meyediakan baik masukan / entri maupun hasil keluaran ( output) dalam bentuk suara. Penyandang tuna netra dapat memonitor ketepatan entri, juga mendapatkan hasil – hasil penghitungan kalkulator. Kalkulator ini dapat digunakan untuk mempermudah dalm penghitungan tingkat yang lebih tinggi.
• Mesin Baca Kurzweil
Mesin ini dapat membaca suatu buku hasil yang tercetak, hasil huruf – hurufnya dikeluarkan dalm bentuk suara. Bila materi yang dicetak diletakkan pada suatu lembaran kaca pemindah elektronik ( scanner) dan mesin dihidupkan dengan menekan sebuah tombol, maka akan terdengar suara buatan yang membacakannya.

• Buku bersuara ( talking books )
Alat ini telah menjadi alat pendidiakn standar bagi penyandang tuna netra. Program talking books ini disponsori oleh Library of congress. Buku dan majalah direkam dalam disk atau kaset dan dibandingkan dengan irang yang mengalami hambatan penglihatan secara gratis. Buku – buku ini dibaca oleh pembaca sukarela dan dapat didengar rata – rata 160n- 170 kata permenit untuk nonfiksi. Salah satu kekurangan dalam mendengarkan buku teks atau materi lainnya adalah prosesnya lebih lambat dibanding bacaan normal.
• Teknologi komputer
• Latihan orientasi dan mobilitas
Anak dengan hambatan penglihatan seringkali mengalami keterbatasan gerakan didalam lingkungan mereka. Agar mereka dapat mandiri di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, anak harus mengenal suasana disekitarnya dan hubunngannya dengan hal itu.


Sumber
• Smith, J David ( 2006 ), Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua, Bandung: Nuansa
• Somantri,Dra. H.T Sutjihati

Your Reply